Minggu, 10 Juli 2011

Makalah_Kualitas Lulusan SMK

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas sumber daya manusia dipandang sebagai faktor kunci dalam era perdagangan bebas. Persaingan dan tuntutan di dunia kerja pun membutuhkan sumber daya manusia yang mampu membangun diri serta bersama-sama bertanggungjawab atas pembangunan bangsa. Kualitas sumber daya manusia tersebut, salah satunya dapat diperoleh melalui jalur pendidikan.
Jalur pendidikan formal di indonesia dimulai dari pendidikan dasar (SD, SMP), pendidikan menegah (SMA,SMK), dan pendidikan tinggi. Output dari pendidikan menegah ini nantinya akan diberi pilihan untu melanjutkan studi ke pendidikan tinggi atau lengsung memasuki dunia kerja. Layaknya dalam PP No. 29 tahun 1990 Pasal 3 ayat 2 yang menyatakan bahwa pendidikan menengah kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional. Sedangkan pendidikan menengah umum mengutamakan penyiapan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi.
Produk dari pendidikan menengah ini khususnya SMK diharapkan dapat menjadi lulusan yang berkualitas/bermutu. Mutu lulusan Pendidikan sangat erat kaitannya dengan proses pelaksanaan pembelajaran yang dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain kurikulum, tenaga pendidik, proses pembelajaran, sarana dan prasarana, alat bantu dan bahan, manajemen, sekolah, lingkungan sekolah dan lapangan latihan kerja siswa. Meskipun kurikulum hanya merupakan sebagai arah, tujuan dan landasan filosofi pendidikan, namun kurikulum harus selalu dikembangkan sesuai dengan dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tuntutan kebutuhan / pasar kerja, serta dinamika perubahan sosial masyarakat.
Berdasarkan data Depdiknas, 2006 (dalam http://repository.upi.edu/operator/upload/s_e0151_043917_chapter1.pdf
, diakses pada 19 April 2011 ) yang menyatakan bahwa berdasarkan peta perencanaan ang dibuat pemerintah, ditargetkan rasio SMK banding SMA pada tahun 2010 sekitar 50:50 dan pada tahun 2015 sekitar 70:30. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat penambahan kuantitas siwa pada SMK. Namun dalam kenyataannya, peningkatan kuantitas siswa SMK tidak sebanding dengan kualitas lulusannya. Sesuai dengan tujuan pendidikan menengah kejuruan bahwa siswa SMK disiapkan untuk memasuki lapangan kerja, namun belum semua lulusan dapat langsung bekerja yang menyebabkan dominasi pengangguran oleh lulusan SMK.

Sejalan dengan hal tersebut, menurut data BPS, pengangguran terbuka tahun 2009 lulusan SMK sebesar 17,26 %, lulusan SMA 14,31 %, lulusan Universitas 12,59 %, lulusan Diploma 11,21 %, lulusan SMP 9,39 %, dan SD ke bawah 4,57 %.
Dari kenyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa sampai saat ini kualitas lulusan SMK yang lebih dominan itu belum menunjukan adanya peningkatan kualitas lulusannya. Sependapat dengan hal tersebut, menurut Roesminingsih dalam penelitiannya “Kualitas Lulusan Sekolah Menegah Kejuruan dalam Rangka Penyerapan Tenaga Kerja di Jawa Timur”, 2008 (http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/2208113.pdf, diakses pada 14 April 2011) menyenutkan bahwa masih terdapat banyak lulusan yang belum mampu masuk dalam dunia kerja (secara formal).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kualitas lulusan?
2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas lulusan SMK?
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian kualitas lulusan.
2. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas lulusan SMK.






BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kualitas Lulusan
Menurut Depsiknas (2001:4) mengemukakan paradigma mutu dalam konteks pendidikan, mencakup input, proses, dan output pendidikan. Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses, yang dimaksud sesuatu adalah berupa sumberdaya dan perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi keberlangsungan proses. Input sumberdaya meliputi sumberdaya manusia (seperti ketua, dosen, konselor, peserta didik) dan sumberdaya selebihnya (peralatan, perlengkapan, uang bahan-bahan, dan sebagainya). Sedangkan input perangkat meliputi: struktur organisasi, peraturan perundang-undangan, deskripsi tugas, rencana, program, dan lain sebagainya. Input harapan-harapan berupa visi, misi, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung dengan baik. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa tinggi rendahnya mutu input dapat diukur dari tingkat kesiapan input, makin tinggi kesiapan input, makin tinggi pula mutu input tersebut. Proses pendidikan merupakan proses berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input, sedangkan sesuatu dari hasil proses disebut output. Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta pemanduan input dilakukan secara harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik.
Berdasarkan pendapat di atas dapat didefinisikan bahwa mutu adalah perpaduan sifat-sifat barang atau jasa, yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan dan kepuasan bahkan melebihi harapan pelanggan, baik yang tersurat maupun yang tersirat. Selain itu, kualitas juga dapat diartikan sebagai kesesuaian dengan kebutuhan yang meliputi availability, delivery, reliability, maintainability, dan cost effectiveness.
Sedangkan Lulusan merupakan produk atau output dari suatu jenjang pendidikan yang dalam hal ini lulusan SMK. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas lulusan SMK merupakan perpaduan sifat-sifat barang dan jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan dan kepuasan bahkan harapan pelanggan, baik yang tersirat maupun yang tersirat dari output suatu jenjang pendidikan menengah kejuruan.
Kualitas lulusan SMK sangat dibutuhkan mengingat dunia usaha maupun dunia industri sekarang ini sedang menyerap tenaga-tenaga kerja yang professional dari lulusan SMK. Namun dalam kenyataanya, sampai sekarang kualitas lulusan SMK belum terlihat eksistensinya, terbukti dengan banyaknya lulusan SMK yang tidak dapat langsung bekerja di dunia usaha maupun dunia industri. Kesemuanya ini terjadi karena dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mendominasi kualitas lulusan yang secara langsung dapat dirasakan bagi input pendidikan.
Adapun indikator dari organisasi bermutu dan efektif, antara lain:
1. Berfokus pada pelanggan
2. Berfokus pada upaya pencegahan masalah
3. Investasi pada manusia dan menganggap manusia sebagai asset organisasi yang tidak ternilai
4. Memiliki strategi untuk mencapai muutu
5. Memperlakukan keluhan sebagai umpan balik untuk memperbaiki guru
6. Memiliki kebijakan dalam perencanaan mutu
7. Mengupayakan proses perbaikan terus menerus dengan melibatkan semua pihak yang terkait
8. Membentuk fasilitator yang bermutu
9. Mendorong orang untuk berinovasi dan berkreasi
10. Memperjelas peran dan tanggung jawab setiap orang
11. Memiliki strategi evaluasi yang objektif dan jelas
12. Memiliki rancana jangka panjang
13. Memiliki visi dan misi
14. Memandang mutu sebagai bagian dari kebudayaan
15. Memandang mutu sebagai kewajiban, dan
16. Terbuka dan tanggung jawab.
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Lulusan SMK
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kualitas lulusan SMk, antara lain:
1. Efektivitas Sekolah atau Pendidikan
Karakteristik pendidikan tidak dapat dipisahkan dari karakteristik sekolah efektif. Dalam penerapan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS), ini diibaratkan sebagai wadah atau kerangkanya dan sekolah efektif merupakan isinya (Depdiknas, 2002: 13 dalam Roesminingsih: 2008). Hal ini mencerminkan bahwa keefektifan atau mutu pendidikan harus tampak dari hasil pendidikan.
Pendidkan memiliki tiga aspek, yaitu keterampilan, pengetahuan, dan sikap. Pendidikan merupakan wahan untuk membangun dan mengembangkan kepribadian individu, dimana kepribadian individu dibangun dan dipersiapkan dengan lima hal, yaitu adanya motivasi, day respon, konsep diri, pengetahuan, dan keterampilan. Dimana setiap orang memiliki dorongan kerja tersendiri dan situasi kerja yang akan turut serta mempengaruhi kepribadiannya (Ghozali, A, dkk:2004 dalam Roesminingsih:2008). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kompetensi yang dibutuhkan dunia kerja pada dasarnya terkait dengan lima hal tersebut.
Sekolah menengah kejuruan meiliki tujuan khusu yaitu: (1) menghasilkan tenaga kerja yang diperlukan oleh masyarakat, (2) meningkatkan pilihan pekerjaan yang dapat diperoleh oleh setiap peserta didik, dan (3) memberikan motivasi kepada peserta didik untuk menerapkan berbagai pengetahuan yang diperolehnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Roesminingsih: 2008 tentang “Kualitas Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan dalam Rangka Penyerapan Tenaga Kerja di Jawa Timur” diketahui bahwa dalam fungsinya sebagai prediktor terhadap mutu pendidikan, manajemen sekolah merupakan faktor yang mempunyai sumbangan paling dominan jika dibandingkan dengan factor lain seperti kurikulum, fasilitas, siswa, dan guru.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa efektivitas sekolah dalam hal ini Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS), dapat dikategorikan sebagai factor yang mempengaruhi kualitas lulusan SMK.
2. Kurikulum yang Digunakan SMK
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Keberadaan kurikulum memegang peranan penting dalam pengoperasionalan kegiatan belajar mengajar pada suatu institusi atau lembaga, sekaligus sebagai rel yang menjembatani pada terealisasinya tujuan yang ditentukan sesuai dengan latar belakang institusi atau lembaga tersebut.
Berkaitan dengan semakin meningkatnya kemajuan di bidang teknologi, maka secara otomatis menuntu dunia pendidikan untuk lebih fleksibel dalam menerima perubahan sesuai dengan kebutuhan pada dunia industri (http://metlit093a.files.wordpress.com/2010/10/42961737-2-2-edi.pdf , diakses pada 14 April 2011).
Sedangkan dalam penelitian lain (Roesminingsih: 2008), menyebutkan bahwa daya serap kurikulum juga menjadi salah satu indicator pembelajaran berbasis kompetensi. Dalam pencapaian kurikulum , masih tampak sekitar 15% sekolah memiliki tingkat pencapaian kurikulum di bawah 75%, dan sekitar 60% sekolah yang tingkat pencapaiannya di atas 75%. Ini menunjukkan bahwa masih ada sekitar 40% sekolah yang harus ditingkatkan proses pembelajarannya agar dapt memperoleh hasil yang lebih baik khususnya untuk kualitas lulusan siswa itu sendiri. Menurut Roesminingsih, kurikulim kurang mempunyai sumbangan yang berarti disbanding dengan factor manajemen sekolah. Namun kedudukannya sebanding dengan fasilitas, guru, dan siswa.
3. Sistem Penilaian Pendidikan
Menurut M. Junus: 2005, konsep dan prinsip Assessment for Learning (AFL) yang meupakan suatu system penilaian formatif oleh guru cocok untuk diterapkan pada pembelajaran mata pelajaran kejuruan teknik mesin yang memiliki sifat terstruktur dan orientasi penilaian lebih pada proses. Hal ini juga berlaku pada mata pelajaran kejuruan yang lain yang sama dengan kejuruan teknik ini. Jika model AFL ini diterapkan, maka akan memberikan kesuksesan baik bagi guru maupun siswa dan yang terpenting adalah kualitas lulusan siswa.
4. Kerjasama Kemitraan SMK dengan Dunia Usaha
Kualitas pendidikan di SMK diukur dari kualitas dan relevansi lulusannya dengan kebutuhan di lapangan. Mutu pendidikan merupakan masalah yang dijadikan agenda utama untuk diatasi dalam kebijakan pembangunan pendidikan. Tuntutan terhadap mutu pendidikan khususnya SMK pada saat ini, sudah merupakan tuntutan yang sangat mendasar, mutu lulusan akan ditujukan oleh tiga aspek yaitu: skill, knowledge, dan attitude.
Untuk menyikapinya, maka kerjasama kemitraan strategis antara sekolah dengan dunia usah dalam meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan sangat penting. Karena dapat meningkatkatkan kualitas lulusan, sehingga lulusan yang dihasilkan SMK semakin banyak terserap di dunia usaha maupun dunia industri. (http://staff.uny.ac.id/system/files/penelitian/Zainal%20Arifin,Drs.%20%20M.T./Seminar%20prosiding%20FT%20UNY%202010%20ZA.pdf, diakses pada 14 April 2011
5. Komunikasi Kebijakan Penyelenggaraan Pendidikan
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Enoh Suharto pranoto tentang “Implementasi Kebijakan Penyelenggaraan Pendidikan Profesional Keahlian dan Mutu Lulusan” bahwa komunikasi kebijakan penyelenggaraan pendidikan memiliki pengaruh positif signifikan terhadap keberhasilan pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan pendidikan professional keahlian teknik.
6. Kompetensi Guru
Menurut Ricky Gunawan dalam seminarnya mengenai “Relevansi Kompetensi Lulusan SMK dengan Tuntutan Dunia Kerja” menyebutkan bahwa kompetensi memiliki pengaruh terhadap keberhasilan atau kualitas lulusan suatu sekolah. Dalam hal ini gur memegang peranan dan tanggung jawab penting dalam pelaksanaan program pembelajaran di sekolah dan guru juga bertanggung jawab penuh terhadap ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Betapa pentingnya peranan guru, mengakibatkan Hamalik (2002) mengemukakan bahwa mutu guru turut menentukan kualitas SDM.
Berbeda dengan pendapat yang dikemukakan oleh Roesminingsih: 2008 dalam penelitiannya. Dia menyimpulkan bahwa guru merupakan faktor yang kurang mempunyai sumbangan terhadap kualitas lulusan SMK dibandingkan dengan manajemen sekolah.





















BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kualitas lulusan SMK merupakan perpaduan sifat-sifat barang dan jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan dan kepuasan bahkan harapan pelanggan, baik yang tersirat maupun yang tersirat dari output suatu jenjang pendidikan menengah kejuruan.
Adapun factor-faktor yang mempengaruhi kualitas lulusan SMK, antara lain: (1) efektivitas sekolah atau pendidikan, (2) kurikulum yang digunakan SMK, (3) system penilaian pendidikan, (4) kerjasama kemitraan sekolah dengan dunia usaha, (5) komunikasi kebijakan penyelenggaraan pendidikan, dan (6) kompetensi guru.
B. Saran
1. Hendaknya sekolah mampu menegmbangkan kurikulum yang digunakan dengan melihat aspek kebutuhan di dunia kerja sehingga lulusannya dapat berkualitas.
2. Kompetensi guru harus ditingkatkan agar tidak ad kualifikasi yang kurang tepat, sehingga guru mampu mengajar sesuai dengan bidangnya.
3. Manajemen sekolah kejuruan harus mampu memanage sekolahnya sehingga kualitas lulusan baik dan dapat diterima di dunia usaha maupun dunia industry.









DAFTAR PUSTAKA

Ghozali, A, Yaya Jakaria, Suroto, Parwanto, Kholid Fathoni. 2004. Studi Peranan Pendidikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_e0151_043917_chapter1.pdf, diakses pada 19 April 2011
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/2208113.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7289/1/09E01986.pdf
http://abstrak.digilib.upi.edu/Direktori/DISERTASI/ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/Enoh_Suharto_Pranoto_IMPLEMENTASI_KEBIJAKAN_PENYELENGGARAAN_PENDIDIKAN_PROFESIONAL_KEAHLIAN_DAN_MUTU_LULUSAN.pdf, diakses pada 19 April 2011
http://abstrak.digilib.upi.edu/Direktori/DISERTASI/BIMBINGAN_DAN_KONSELING/Moegiadi_Penilaian_Kualitas_Pendidikan_Dasar_di_Berbagai_Lingkungan_Pendidikan.pdf, diakses pada 19 April 2011
http://metlit093a.files.wordpress.com/2010/10/42961737-2-2-edi.pdf , diakses pada 14 April 2011
http://digilib.uns.ac.id/abstrak.pdf.php?d_id=8717, diakses pada 15 April 2011
http://staff.uny.ac.id/system/files/penelitian/Zainal%20Arifin,Drs.%20%20M.T./Seminar%20prosiding%20FT%20UNY%202010%20ZA.pdf, diakses pada 14 April 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar